Upacara Tiwah Kaharingan: Pelestarian Adat dan Budaya Masyarakat Dayak

Palangka Raya, Klikkalteng.com- Upacara Tiwah Kaharingan, tradisi sakral masyarakat Dayak, digelar di Jalan G. Obos XX, Palangka Raya, Sabtu (25/1/2025). Acara adat ini diselenggarakan oleh keluarga besar sebagai bentuk penghormatan kepada orang tua mereka yang telah tiada.
Ketua panitia pelaksana, Basran U. Talawang, menegaskan pentingnya pelestarian adat istiadat Kaharingan agar generasi mendatang tetap memahami dan menjaga warisan budaya ini. “Kami tetap mempertahankan adat istiadat kita Kaharingan agar bisa diketahui oleh anak cucu kita nanti. Upacara Tiwah ini sebagai bentuk kasih sayang anak terhadap orang tuanya yang sudah meninggal.”
Dalam tradisi Tiwah, terdapat serangkaian prosesi yang melibatkan ritual Balian Balaku Untung, yang bertujuan untuk memohon berkat dan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. “Kita juga melakukan Balian Balaku Untung agar meminta berkat dari Tuhan yang maha kuasa.”
Ritual Tiwah menjadi salah satu bagian penting dalam ajaran Kaharingan. Menurut kepercayaan, Tiwah bertujuan mengantarkan roh orang yang telah meninggal menuju Lewu Tatau, atau tempat peristirahatan terakhir. “Jika dari Kaharingan, Lewu Tatau sebagai tujuan akhir perjalanan ruh, dan Tiwah ini adalah syarat yang harus dipenuhi untuk mengantarnya ke Lewu Tatau.”
Dalam upacara kali ini, sebanyak 12 orang yang telah meninggal dihormati melalui prosesi Tiwah. Salah satu anggota keluarga mengungkapkan bahwa upacara ini bukanlah pesta, melainkan ritual sakral yang dilakukan dengan persembahan berupa 11 ekor kerbau dan 12 ekor babi. “Yang ditiwahkan ada 12 orang, jadi banyak keluarga dengan persembahan 11 kerbau, 12 babi. Ini berdasarkan biaya dari keluarga, tidak ada dari lain, dan ini bukan pesta, namun ritual sakral Kaharingan.”
Tradisi Tiwah juga menjadi wujud nyata dari nilai-nilai kekeluargaan yang kuat dalam masyarakat Dayak. Setiap keluarga saling bahu-membahu untuk memastikan prosesi berlangsung dengan lancar dan sesuai adat.
Upacara Tiwah yang berlangsung selama kurang lebih tiga bulan ini tak hanya menjadi momen spiritual bagi keluarga, tetapi juga menjadi sarana edukasi budaya bagi generasi muda. “Kami ingin tradisi Tiwah ini dikenal juga dari seluruh daerah.”
Sebagai salah satu warisan budaya tak benda, tradisi Tiwah turut memperkaya keragaman budaya Indonesia. Dengan menjaga dan melestarikan adat ini, masyarakat Dayak Kaharingan tidak hanya menunjukkan rasa hormat kepada leluhur, tetapi juga memperkuat identitas budaya mereka di tengah modernisasi.