TARIAN DADAS DAN TARIAN BAWO MASUK REKOR MURI

Palangka Raya, KlilKalteng.com – Atraksi penari Wadian Dadas dan Tarian Bawo, yang di gelar di stadion Tuah Paho, tercatat di Museum Rekor MURI yang mampu menampilkan lebih dari 700 penari terbanyak dalam Festival Seni Budaya Isen Mulang (FSBIM) 2023.
Diketahui Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah (Pemprov Kalteng) melalui Dinas Kebudayaan dan Parwisata menggelar Festival Budaya Isen Mulang dari tanggal 22 sampai dengan 27 Mei 2023 di Kota Palangka Raya dengan menggunakan beberapa lokasi atraksi dan lomba.
Aneka lomba itu digelar diantaranya GOR Serba Guna, Halaman Stadion Tuah Pahoe, Aula Jayang Tingang, Dermaga Flamboyan dan Area Bawah Jembatan Kahayan untuk lomba dayung perahu tradisional, maupun perahu hias.
Menurut Adiah Chandra Sari, Kamis (25/5). Pagelaran atraksinya Tari Dadas dan Tari Bawo telah dilaksanakan Senin (22/5) saat pembukaan Festival yang secara khusus dalam rangka memeriahkan Peringatan Hari Jadi ke-66 Provinsi Kalteng tahun 2023 ini
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalteng Hj. Adiah Chandra Sari mengungkapkan, pencatatan rekor MURI Tari Gelang Dadas dan Bawo, diikuti oleh 712 penari dan 17 pemain musik, merupakan terbanyak selama ini.
Kegiatan tersebut upaya pelestarian budaya serta merupakan langkah memperkenalkan kekhasan yang dimiliki oleh Provinsi Kalimantan Tengah, dengan keberagaman sosial budaya yang ada didalamnya.
Dijelaskan Wadian Dadas sendiri telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI pada tahun 2017 lalu.
Wadian Dadas merupakan sebuah ritual pengobatan, khas kelompok masyarakat yang mendiami wilayah DAS Barito. Begitu juga dengan Wadian Bawo yang memiliki kekhususan dari sisi maskulinitas, berbeda dengan Wadian Dadas yang secara khusus mengandung sisi feminis.
Tari Gelang Dadas dilakoni oleh perempuan dan Bawo sendiri dilakoni prua, merupakan pengembangan yang kemudian tertuang dalam bentuk kesenian.
Dikemukakan, pencatatan rekor MURI terkandung makna regenerasi. Hal ini ditunjukkan dengan keterlibatan para penari senior Kalimantan Tengah, sampai dengan sekolah dasar.
“Diharapkan, tradisi dan budaya ini lestari dan dicintai oleh masyarakat dan dikenal luas tidak hanya di Indonesia tetapi juga manca negara,” tutup Adiah.(id/da).