MEMANDANG MATEMATIKA DALAM PERSPEKTIF KRISTEN SEBAGAI SARANA MENGAGUMI CIPTAAN ALLAH

Oleh: Drs. Dylmoon Hidayat, M.S., M.A., Ph.D
Dosen Universitas Pelita Harapan

Tangerang,Klikkalteng.Com – Banyak orang berpendapat bahwa belajar matematika atau sain lainnya, tidak perlu bahkan tidak dapat disangkut-pautkan dengan iman Kristen. Sebenarnya, pendapat demikian menunjukkan bahwa prinsip tersebut menkonfigurasikan hidup dalam dualitas kehidupan antara dunia sekuler dan keimanan. Hidup dalam dualitas kehidupan tidaklah nyaman, seperti orang yang tidak mempunyai pendirian, dan  sering bingung menjawab suatu pertanyaan hendak dijawab secara sekuler atau secara iman.  Bagaimana melalui iman Kristen orang dapat memandang matematika sebagai bagian yang utuh dari ciptaan Allah sehingga tidak terjadi dualitas dalam kehidupannya?

Menanggapi pertanyaan tersebut di atas, dalam Pendidikan Kristen terdapat empat hal dasar cara pandang yang dapat menjadikan matematika sebagai suatu kesatuan di dalam dunia sain dan dunia kekristenan (iman Kristen). Cara pandang tersebut adalah pertama, sebagai alat untuk mengagumi ciptaan Allah. Kedua, mengenali sifat Allah yang tak terbatas. Ketiga menjadi dasar untuk membangun ilmu pengetahuan yang walaupun terbatas namun berguna untuk melaksakan Mandat Budaya. Keempat memberikan makna pada matematika yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pedoman hidup dalam rangkaian melaksanakan Amanat Agung.

Tulisan ini menjelaskan bagian yang pertama dari keempat cara pandang matematika melalui iman Kristen. Allah adalah pencipta segala sesuatu yang kelihatan mapun yang tidak kelihatan dan semua yang diciptakanNya itu baik adanya. Makna kata “baik” adalah sangat luas. Salah satu di antaranya dapat diartikan sebagai indah dalam konteks estetika. Namun demikian, karena kerusakan dosa, manusia telah merusak keindahan ciptaan serta tidak mampu lagi melihat keindahan ciptaan Allah secara langsung, sehingga memerlukan suatu alat seperti matematika untuk mengagumi keindahan dari sisa-sisa ciptaan.

Banyak sekali benda atau fenomena alam yang indah dan dapat dilihat melalui kacamata matematika. Perhatikan dengan baik salah satu rumah hewan laut ini. Orang sering melihat kerang yang dinamakan kerang Nautilus ini di pantai.

Banyak orang melihat kerang ini adalah kerang yang biasa saja, memang nampak bagus namun tidak ada istimewanya. Perhatikan baik-baik bentuk spiral dari kerang ini yang dapat tumbuh makin besar namun tetap mengikuti suatu pola tertentu. Di dalam matematika, pola ini disebut spiral emas (golden spiral). Apakah golden spiral tersebut? Bagaimana cara membentuknya? Pertama, gambar suatu persegi (ABCD), misalnya dengan panjang sisi 10 satuan panjang (misalnya cm). Buatlah lingkaran dengan pusat salah satu titik tengah dari sisi persegi tersebut T hingga memotong perpanjangan sisi tersebut E. Gunakan sisi persegi dan sisi perpanjanagan sebagai lebar dan panjang persegi empat yang disebut sebagai persegi panjang emas AFEC (Golden rectangle) pada Gambar 1.
Persegi Panjang emas ini mempunyai sifat yang unik, yaitu jika dibuang bagian perseginya (ABCD) maka sisanya DEFB adalah persegi panjang emas juga, artinya bahwa AFEC sebangun dengan FEDB. Proses memperoleh persegi panjang emas yang berukuran lebih kecil dari persegi panjang awalnya, dapat dilakukan terus menerus dengan cara membuang bagian persegi dari tiap-tiap persegi panjang emas, sehingga diperoleh gambar beberapa persegi panjang emas seperti pada Gambar 2.
Langkah terakhir adalah menggambar busur lingkaran pada tiap-tiap persegi dengan pusat titik ujung dari sisi yang menempel pada persegi panjang emas yang lebih kecil. Hasilnya adalah Gambar 3.

Hasil ini akan membentuk spiral yang disebut spiral emas (golden spiral). Kerang Nautilus merupakan salah satu ciptaan Allah yang ajaib dan mengagumkan. Keindahan kerang Nautilus ini tidak hanya terletak pada bentuk luarnya nya saja, tetapi pola pertumbuhan kerang yang mengikuti pola spiral emas. Ternyata tidak hanya kerang Nautilus saja yang mengikuti pola spiral emas.  Dengan kejelian mata dan hati yang terbuka maka pola spiral emas juga terdapat pada bunga cemara dan bunga matahari, bahkan beberapa galaksi mengikuti pola spiral emas. Mengagumkan bukan? Demikianlah, nilai estetika yang diciptakan Allah begitu luas hingga setiap detail ciptaan-Nya khususnya dalam perspektif matematika akan dapat dinikmati. Benarlah bahwa setiap ciptaan Allah sebenarnya memancarkan keindahan masing-masing. Rasa kagum dan hormat dapat kita ekspresikan melalui impresi kita terhadap seluruh ciptaan Allah.

Back to top button